GAYA-GAYA YANG TERJADI PADA ROKET AIR
Roket air dapat meluncur karena terjadi beberapa gaya
yang terjadi, antara lain:
Gambar 1. Gaya yang terjadi pada roket
1. Thrust
(gaya dorong)
Thrust (gaya dorong)
adalah gaya yang mendorong roket yang disebabkan oleh keluarnya air dan udara
dari dalam botol yang bertekanan tinggi ke luar botol yang bertekanan lebih
rendah.Thrust dapat dirumuskan:
thrust = 2 * pressure *
nozzle diameter
Thrust dalam satuan newton (N), tekanan dalam pascal
(Pa) dan diameter nozzle dalam meter (m). Dari rumus tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa gaya dorong dipengaruhi oleh besarnya tekanan dan diameter nozzle.
Semakin besar tekanan makin besar gaya dorong, demikian juga makin besar
diameter nozzle makin besar pula gaya dorong yang dihasilkan. Tetapi rumus
tersebut hanya berlaku tepat pada saat roket mulai meluncur, saat roket sudah
meluncur, tekanan dalam botol juga berkurang sampai tekanannya sama dengan
tekanan udara di luar botol. Jadi rumus yang berlaku menjadi:
dimana F adalah thrust
(gaya dorong), p adalah tekanan, v adalah kecepatan, A adalah luas
penampang nozzle, m adalah massa/waktu.
f adalah
perbandingan campuran air dan udara. Jadi secara spesifik dapat disimpulkan
bahwa:
karena thrust
berubah nilainya setiap waktu maka:
Dalam roket air, ada dua fluida yang
digunakan sebagai bahan pendorong roket yaitu fluida yang dapat dikompresi
yaitu udara dan fluida yang tidak dapat dikompresi yaitu air. Mengapa digunakan
dua fluida? Sebenarnya jika hanya menggunakan udara saja roket tetap bisa
meluncur, tetapi thrust duration (lamanya waktu gaya dorong) sangat
cepat sehingga perlu fluida lain yang tidak dapat dikompresi sehingga thrust
duration bisa lebih lama. Pada dasarnya semua fluida yang tidak dapat
dikompresi dapat digunakan sebagai bahan pendorong, akan tetapi yang paling
ekonomis adalah air.
Kembali pada inti masalahnya karena berat
jenis air lebih berat daripada berat jenis udara, maka di dalam roket, air akan
berada di bawah udara, tekanan udara mendorong air dan sebagian udara untuk
keluar dari nozzle, setelah air habis maka sisa udara yang masih
bertekanan akan keluar membentuk air-pulse yang memberikan thrust
terakhir yang cukup besar. Perbandingan air dan udara mempengaruhi thrust
duration roket. Selain itu ukuran nozzle dan tekanan udara juga
sangat mempengaruhi. Thrust duration yang lama dapat diperoleh dari nozzle
dengan lubang sempit, lebih banyak air dan tekanan udara yang rendah.
2. Weight
(gaya berat)
Weight (gaya berat) adalah gaya yang disebabkan oleh gaya
gravitasi bumi. Weight adalah
gaya yang melawan gaya yang dialami roket waktu meluncur meninggalkan permukaan
tanah.
pada saat roket akan
meluncur beratnya mencapai berat yang maksimal karena masih menyimpan air dan
udara didalamnya. Saat roket meluncur air dan udara juga keluar menimbulkan thrust,
thrust berkurang bersamaan dengan turunnya tekanan udara didalamnya,
sebagai kompensasi dari berkurangnya thrust, massa roket juga berkurang
karena roket membawa air yang lebih sedikit, jadi percepatan yang dialami roket
lebih besar karena thrust bekerja pada massa yang lebih ringan. Beban
roket yang berat mempengaruhi kestabilan roket saat meluncur.
3. Drag (hambatan
udara)
Drag (hambatan udara)
adalah gaya yang menahan laju roket di udara, yang disebabkan oleh bentuk
roket, kepadatan udara, luas permukaan roket, kecepatan. Drag dapat
dirumuskan sebagai berikut:
dimana drag
diukur dalam satuan newton (N), Cd (coefficient of drag) suatu
konstanta yang diberikan pada bentuk suatu benda, A adalah luas penampang
melintang suatu roket (m2). Air density adalah kepadatan
udara (kg/m3) biasanya sekitar 1.2kg/m3 dan kecepatan diukur dalam (m/s).
Dengan rumus diatas menunjukkan, jika kita menambah kecepatan dua kali, maka drag
akan bertambah pula sebanyak empat kali, jika mempercepat tiga kali maka
hambatan udara akan sembilan kali lebih besar. Itulah sebabnya roket akan
sangat sulit untuk melaju dengan kecepatan tinggi di udara.
Hambatan
udara dapat diminimalkan dengan cara
mengurangi kecepatan roket, mengurangi kepadatan udara, memperkecil luas
permukaan roket dan memperkecil Cd. Dari semua cara untuk memperkecil
hambatan udara yang paling sederhana untuk dilakukan adalah memperkecil Cd,
luas permukaan roket dan mengurangi kecepatan.
Memperkecil
Cd dapat dilakukan dengan cara membuat bentuk roket lebih streamline,
memperhalus permukaan roket, membentuk roket seperti bentuk tetesan air dengan
demikian bentuk roket akan lebih aerodinamis. Mengurangi luas permukaan roket
juga memperkecil hambatan udara, yaitu dengan memilih botol dengan diameter
yang lebih kecil. Mengurangi kecepatan juga dapat dijadikan salah satu pilihan
untuk mengurangi hambatan udara. Nozzle dengan lubang kecil akan
mengurangi thrust, tapi thrust duration lebih lama, percepatan
lebih terkontrol, kecepatan berkurang dan hasilnya hambatan udara berkurang,
tapi roket akan membawa beban lebih lama dan lebih tinggi sehingga kestabilan
roket juga berkurang.
4. Lift
(gaya angkat)
Lift (gaya angkat) pada
roket memang terjadi tetapi tidak terlalu kelihatan seperti pada pesawat
terbang. Jadi lift hanya akan
dibahas sedikit saja mengenai perbandingannya terhadap drag sebagai
berikut:
harga
L/D yang tinggi menyebabkan pemakaian bahan bakar ekonomis sehingga efisiensi
tinggi, efisiensi tinggi dan ekonomis dalam pemakaian bahan bakar membuat jarak
tempuh semakin jauh. Begitu pula sebaliknya.
5. Center of Pressure (CP)
Center of pressure
(CP) adalah titik pusat tekanan yang ditentukan oleh penjumlahan luas bagian-bagian
roket dikalikan dengan jaraknya dari garis referensinya. Untuk lebih jelasnya
perhatikan gambar dibawah ini
setiap komponen
roket mempunyai luasan aj dan terletak pada jarak tertentu dj
dari garis referensinya. Dapat dirumuskan sebagai berikut:
setiap roket
memiliki cp, semakin jauh cp dengan garis referensi kestabilan roket semakin
berkurang.
6. Center of Gravity (CG)
Center of gravity
(CG) adalah titik pusat gravitasi atau lebih dikenal dengan titik berat roket.
CG ditentukan oleh penjumlahan jarak komponen roket dari titik referensi
dikalikan dengan berat masing-masing komponen.
Rumusnya adalah:
kestabilan roket ditentukan oleh CP dan CG,
semakin jauh CG dari CP maka roket akan semakin stabil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar